Pakempalan Kawula Ngayogyakarta

Ada yang nyaris terlewat dalam pencatatan sejarah Indonesia yaitu mengenai keberadaan PKN. Saya dapatkan dari tulisan Ricklefs, A History of Modern Indonesia c. 1200 (2005:389-390).
Pada bulan Juni 1930, seorang tokoh kharismatik, seorang pangeran yang sangat tradisional dan kurang berpendidikan dari Yogyakarta, Pangeran Surjodiningrat, mendirikan PKN (Pakempalan Kawula Ngayogyakarta), perkumpulan warga Yogyakarta. Perpaduan antara banyaknya keluhan kaum tani selama Depresi dan daya tarik seorang pemimpin berdarah bangsawan telah memberi PKN kekuatan yang tidak dimiliki oleh gerakan-gerakan terpelajar perkotaan.
Pada bulan Mei 1931, PKN mempunyai anggota lebih dari 100.000 orang di Yogyakarta; dan pada bulan Agustus 1939, organisasi itu mempunyai anggota 260.000 orang. Dengan demikian anggotanya di wilayah Yogyakarta sama dengan jumlah anggota Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Karena aktif membela kepentingan kaum tani, maka PKN mulai menjadi semacam pemerintahan bayangan dan banyak petani yang tertarik pada organisasi tersebut. Mereka meyakini Suryodiningrat adalah Ratu Adil. PKN menjadi semacam pengganti Sarekat Islam dibanding partai kota yang manapun.
Organisasi ini ternyata membangkitkan ketidaksukaan dari birokrasi pemerintah kolonial. Tekanan dari pemerintah dan gangguan dari pihak kepolisian setelah tahun 1934 memaksa Surjodiningrat membatasi kegiatan-kegiatan PKN pada masalah-masalah sosial dan ekonomi, khususnya memajukan koperasi-koperasi.
Di sisi lain kaum nasionalis kota juga tidak bersedia menjalin hubungan dengan organisasi yang nyata-nyata bersifat feodal seperti itu. PKN membuat malu mereka karena jauh lebih berhasil dalam menghimpun dukungan rakyat daripada organisasi mereka.
PKN tetap mampu bertahan hingga masa pendudukan Jepang. Pada tahun 1951 ia bangkit lagi sebagai suatu partai lokal Yogya dengan nama Gerinda (Gerakan Rakyat Indonesia) dan masih tetap di bawah kepemimpinan mutlak Surjodiningrat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan