Swadesi
Pada rapat perdana Partindo tanggal 31 Juli 1931 di Jakarta, Sartono memprosikan prinsip Swadesi, tidak sekedar untuk menyokong industri dalam negeri, tetapi juga sebagai lambang hidupnya kembali rasa kebanggaan nasional. Gerakan yang dilancarkan Partindo ini mendapat simpati rakyat.
Swadesi (Swadeshi) awalnya adalah gerakan dalam rangka perjuangan mencapai kemerdekaan di India yang dipelopori oleh Mohandas Karam Chand Gandhi, seorang pemimpin pergerakan nasional India yang masyhur. Gerakan ini didasarkan atas kepercayaan bahwa segala yang ada di dunia ini telah ditetapkan oleh alam. Karena itu setiap warga negara wajib mengakui apa yang telah ditetapkan oleh alam. Tiap bangsa dan negara telah menerima penetapan alam dan kedudukan serta tugas masing-masing untuk tidak mencampuri urusan negara lain. Imperialisme merupakan suatu pelanggaran atas asas tersebut, oleh karena itu harus dilenyapkan. Negara harus berusaha mengembangkan negaranya masing-masing atas dasar kekuatan sendiri yang sudah diterimanya dari alam. Gerakan ini menganjurkan kepada para pengikutnya untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnyandengan hasil produksi dalam negri. Ternyata gerakan ini berpengaruh ke Indonesia.
Pengaruh gerakan Swadesi terasa di Jawa dan Sumatra. Di Jawa, orang merasa bangga menggunakan pakaian lurik. Peci, baju dan sarung juga dibuat dari lurik. Pakaian nasional ditukar dari yang pernah ditetapkan Sukarno di masa PNI. Peci, jas dan pantalon diganti sarung. Semangat nasionalisme ini menggelegak di seluruh tanah air. Di Sumatra, gerakan ini dipelopori oleh Permi. Orang memakai peci dan tas dari pandan, serta pakaian dari tenunan sendiri. Sartono sebagai propagandis gerakan ini menjadi semakin populer, terlebih lagi ketika iavmemaklumkan meninggalkan kantor advokatnya dan menerjunkan dirinya 100% ke dalam pergerakan rakyat.
Hatta menolak pembubaran PNI dan sekaligus mengecam gerakan swadesi. Ia menyerang Sartono cs. Maka perdebatan sengit antara dua kubu yaitu PNI Baru vs Partindo tak dapat dihindarkan. Menurut Hatta, Indonesia tidak tidak bisa mencontoh India dalam hal swadesi ini. India bisa memboikot barang Inggris, tapi Indonesia tak bisa memboikot barang Jepang. Dumping Jepang bisa mematahkan gerakan swadesi dalam tempo singkat karena barang Jepang bagus dan murah. Kritik Hatta benar. Gerakan swadesi merosot dan akhirnya runtuh sama sekali (Sudiyono, 2003: 466).
Komentar
Posting Komentar