Penyerangan Pearl Harbor

Bagi Jepang agresinya di Asia Tenggara terkait dengan upaya melakukan alienasi simpati kepada Amerika Serikat (AS) yang muncul sebagai kekuatan terbesar di dunia. Selain itu Jepang perlu melakukan langkah-langkah untuk mengatasi embargo AS terutama terkait dengan minyak. Sangat perlu bagi Jepang untuk menaklukkan Asia Tenggara guna mengatasai masalah tersebut. Para perwira Jepang di bawah Laksamana Tojo, Menteri Peperangan, menyiapkan perang terhadap AS, jika embargo tidak dicabut paling lambat bulan Oktober 1941. Kaisar Jepang, Hirohito, menyetujui proposal rencana rahasia meluncurkan perang melawan AS , yang akan memuluskan ambisi mereka menguasai seluruh Asia. Jepang berharap Jerman dapat menguasai Eropa dan mengakhiri tantangan dalam menguasai Cina. Untuk tujuan tersebut Jepang melakukan serangan diplomasi dan militer. Beberapa kesepakatan rahasia telah dibuat di antara kekuatan Axis ( Poros), Jerman Italia dan Jepang, untuk membagi dunia ke dalam tiga zona: Eropa, Afrika dan Asia, untuk tujuan menegakkan hegemoni mereka. 

AS menjadi batu sandungan yang terbesar bagi ambisi Jepang dalam menaklukkan dunia. Cordell Hull, Menteri Luar Negri AS, yang membuat kebijakan AS di Timur Jauh, secara mutlak menolak tindakan agresi Jepang. Proposal Jepang untuk masuk ke Indo Cina dan mempertahankan kekuasaannya atas Cina ditolak Hull. Hull meminta Jepang keluar dari Indo Cina dan Daratan Cina. Karena itu para perwira Jepang di bawah Tojo pun memutuskan meluncurkan serangan rahasia terhadap pasukan AS di Pearl Harbor.


Perdagangan antara AS dan Jepang memburuk ketika Presiden Roosevelt menolak bertemu dengan PM Jepang Konoe di suatu tempat di Pasifik. Pada saat yang sama pimpinan tertinggi Jepang yang didipimpin oleh Menteri Peperangan, Laksamana Tojo, sedang di naik daun. PM Konoe meletakkan jabatan dan digantikan Laksamana Tojo. Suatu gugus tugas dikirim ke AS untuk melanjutkan diplomasi, pada saat yang sama armada Jepang diberi perintah untuk bergerak ke Pearl Harbor, di mana terdapat pangkalan laut dan udara Pasifik AS.

Angkatan Udara Jepang melancarkan serangan kejutan pada armada AS pada pagi hari tanggal 7 Desember 1941. Akibatnya kehancuran dalam skala besar pada armada AS di Pearl Harbor. Sekitar 2.343 orang meninggal, 1.272 orang luka-luka, dan 960 orang hilang. Serangan mendadak yang dramatik oleh Jepang pada saat perundingan masih berlangsung, membuat AS memasuki Perang Dunia II dan berpihak pada Sekutu. Jepang menyatakan perang pada AS dan kemudian Inggris menyatakan perang pada Jepang. Italia dan Jerman menyatakan perang pada AS pada 11 Desember 1941. AS sangat terpukul atas serangan mendadak Jepang tersebut. Beberapa jam setelah menyerang Pearl Harbor, Jepang menyerang pangkalan AS di Filipina (Rao, History of Asia, 2005: 125-126).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan