Hubungan Diplomatik Aceh-Turki.
Hubungan Aceh-Turki sudah berlangsung lebih dari tiga abad. Saat militer Belanda menduduki istana (1874) mereka menemukan meriam besar yang suda rusak dengan cap kerajaan Turki beragam hias bintang. Meriam yang diberi nama Lada Secupak ini berdiri selama tiga abad.
Menurut alkisah, utusan Aceh yang dikirim ke Turki membawa tiga kapal penuh lada, bekal dan uang untuk membantu tempat suci Islam (Mekah-Medinah) di Arab. Misi ini mengalami kesulitan saat akan sampai di Istanbul bertemu sultan. Mereka terpaksa makan atau menjual barang-barangny a sehingga akhirnya hanya tersisa satu tabung lada.
Saat mereka menghadap khalifah dan minta maaf atas semua kejadian khalifah menghormati keterangan mereka. Sebagai ucapan terima kasih sultan mengirim meriam Lada Secupak berikut prajurit meriam dan ahli senjata ke Aceh.
Misi ini telah menjadi legenda di Aceh dan tercatat dalam sumber Turki, Portugis, Venesia juga dalam naskah Melayu, Bustan al-Salatin karya Syamsuddin ar-Raniri.
Setelah menduduki Mesir pada tahun 1517, Ottoman menjadi pelindung kota suci Mekah dan Madinah serta jalur rempah di Samudra Hindia.
Pada tahun 1538 armada Turki pertama dikirim ke Samudra Hindia untuk memerangi kapal Portugis dan Turki dibantu Sultan Aladdin Riayat Syah dari Aceh Shah al- Kahar (1537-1571).
Tahun 1566 al-Kahar mengirim duta ke Istanbul untuk meminta bantuan militer, menjelaskan bahwa Portugis menenggelamkan kapal yang akan membawa para calon haji ke Mekah. Beberapa armada kapal Turki lengkap dengan meriam, pembuat senjata dan tentara betul-betul dikirim ke Aceh pada tahun 1568 dan berperan dalam serangan Aceh ke Malaka Portugis pada tahun 1568 dan 1570 (Reid, 2002: 42).
Nampaknya pada masa ini Turki berada dalam kekuasaan Sultan Suleyman. Suleyman sering memimpin peperangan untuk memperluas kekuasaan. Armada lautnya sering bertemu dengan orang-orang Aceh.
Keberadaan Portugis di Malaka telah membuat para pedagang Islam meninggalkan jalur perdagangan lama (1400) yaitu : Ternate-Gresik- Japara-Banten- Palembang-Jambi -Melaka-Aceh-Co chin-Calicut-La ut Merah. Kemudian dibuatlah jalur perdagangan baru (1531) sebagai berikut : Ternate-Makassa r- Gresik-Japara-B anten- via Samudra Hindia - Pariaman-Tiku-A ceh-Laut Merah.
Meskipun Portugis bersifat militan terhadap Islam tapi upaya penyebaran Kristen di Indonesia sangat kecil. Keharusan Kristen hanya mereka paksakan bila menikah dengan perempuan setempat dan kepada anak anak mereka.
Penyebaran agama Katolik yang dilakukan agak sungguh-sungguh baru dilakukan saat St. Franciscus Xavier datang pada tahun 1506-1502.
Komentar
Posting Komentar