Kerajaan Jambi dan Kerajaan Palembang
Menurut Barbara Watson Andaya dari School of Hawaiian, Asian and Pacific Studies, University of Hawaii, hubungan Jambi dan Palembang sangat dekat, persaingan dan persahabatan menjadi satu. Perkawinan terjadi antar dua keluarga kerajaaan tetapi persaingan dalam urusan perdagangan sangat ketat. Pada abad ke-17 Jambi unggul karena perdagangan lada tetapi menurun 100 tahun kemudian. Palembang menjadi makmur karena perdagangan timah.
Jambi dan Palembang sama sama pernah ditaklukkan Demak pada akhir abad ke-15. Menjelang abad ke-16 mereka merebut kembali kedaulatannya. Abad ke-17 merupakan abad keemasan bagi Jambi dan Palembang ketika lepas dari kekuasaan Mataram. Meski begitu pengaruh Jawa masih kuat. Bahasa Jawa masih dipakai di istana sampai akhir abad ke-18.
Jambi.
Selama di bawah kekuasaan Sultan Agung yang wafat tahun 1679 Jambi termasyhur karena keluarga kerajaan menjalin perkawinan dengan Raja Johor, Makasar dan Banten.
Kekuasaan Jambi menurun pada abad ke-17 karena harga lada yang menurun dan peningkatan perantau Minangkabau ke daerah ulu dan menolak kekuasaan ilir. Akhirnya Jambi terbagi dua : penguasa hulu sungai yang didukung Belanda dan penguasa hilir di Mangunjaya dekat Muara Tebo sekarang. Jambi pecah kongsi dengan VOC pada tahun 1768 dan menyerang serta mengambil alih markas Belanda. Kemudian Jambi menjadi lebih dekat dengan istana Bugis-Melayu dari Riau.
Pada akhir abad ke-18 perniagaan laut menurun karena banyaknya pembajakan di Selat Malaka. Jambi pun menjadi bawahan Minangkabau.
Pada awal abad ke-19 pecah perang saudara di Jambi antara Ulu dan Ilir. Tahun 1833 Jambi menandatangani perjanjian dengan Belanda di Batavia. Perlawanan terhadap Belanda berlangsung di Ulu di bawah pimpinan Sultan Taha yang dibantu kerajaan Turki. Tahun 1904 ia ditangkap Belanda.
Palembang.
Palembang yang kaya timah menjadi salah satu pusat sekolah Islam. Sultan Mahmud Badruddin (1803-1821) sendiri adalah seorang ulama terkenal, para pendahulunya adalah pelindung ulama.
Palembang merupakan pusat pemukiman orang Arab dari Hadhramaut yang menyebar ke seluruh Nusantara. Beberapa dari mereka menikah dengan kerabat penguasa Sumatra Jawa dan Kalimantan sambil membawa paham reformis dari Timur Tengah (Taufik Abdullah, 2002).
Pada akhir abad ke-18 perdagangan timah Palembang terancam oleh para pembajak khususnya dari Filipina Selatan. Hubungan dengan VOC tegang karena Palembang menemukan mitra lain saat VOC merosot. Sultan Mahmud Badaruddin II dengan bantuan Inggris menyerang benteng Belanda pada tahun 1811. Pada saat itu Inggris adalah musuh Belanda rezim Napoleon. Sepuluh tahun berikutnya Belanda dan Inggris membagi kekuasaan atas Palembang dan meraih sumber kekayaan ekonomi. Tahun 1824 raja terakhir Palembang digulingkan Belanda dan dibuang ke Batavia. Selama 50 tahun Belanda membiarkan pemerintahan pribumi sebelum melakukan pengawasan langsung pada tahun 1864.
Komentar
Posting Komentar