Pemberontakan Surapati
Jika Trunajaya dan Kraeng Galesung terlibat pemberontakan melawan Kompeni pada masa Amangkurat I dan Amangkurat II maka Surapati terlibat dalam pemberontakan pada abad ke-17 di masa pemerintahan Amangkurat II dan Amangkurat III. Kompeni mengejarnya mulai dari Batavia, Jawa Barat, Jawa Tengah dan berakhir di Jawa Timur.
Surapati adalah seorang budak dari Bali yang dibeli oleh seorang saudagar Belanda ketika ia berkunjung ke sana. Peruntungan saudagar tersebut membaik sejak ia memiliki budak itu sehingga budak itu diberi nama Untung. Tugas Untung di Batavia adalah menjaga anak gadis majikannya. Ketika ia dan anak gadis itu tumbuh menjadi remaja mereka saling jatuh cinta, terlibat asmara dan gadis Belanda itupun hamil. Majikannya tentu saja marah besar lalu mengusir Untung dan memulangkan anak gadisnya ke Belanda.
Untung melamar menjadi serdadu Kompeni dan naik pangkat dengan cepat hingga Letnan karena kecerdasan dan ketrampilannya (Harsrinuksmo, 2005:431).
Pada waktu melakukan operasi terhadap Banten pasukannya berhasil menawan seorang pangeran dan Untung mengembalikan kerisnya. Hal itu ditentang oleh wakilnya, seorang letnan Belanda. Karena perselisihan yang memuncak karena kepribumiannya dihina, Untung membunuh wakilnya itu. Karena itu ia diadili di pengadilan militer dan dijatuhi hukuman. Merasa dihukum tidak adil Untung mengajak nara pidana lainnya melarikan diri dari penjara.
Selama masa pelariannya anggota kelompoknya bertambah karena serdadu Kompeni bekas anak buahnya ikut membelot dan mengikutinya. Dari Batavia Untung bergerak ke Bogor lalu ke arah timur. Di suatu tempat dekat Sungai Citarum pasukannya bertemu dengan pasukan Pangeran Kornel, Bupati Sumedang yang diminta Kompeni untuk menangkap Untung. Setelah Pangeran Kornel mengetahui alasan Untung melakukan pemberontakan, alih alih menangkapnya ia berbalik melindunginya. Ia bahkan memberi tambahan nama Surapati di belakang nama Untung serta menghadiahkan sebilah keris kepadanya. Sejak itu ia dikenal dengan nama Untung Surapati.
Untung Surapati melanjutkan perjalanannya ke Cirebon. Ketika Kompeni mengirim pasukan ekspedisi untuk menangkapnya ia menghindar ke Kartasura. Sunan Amangkurat II menerima kedatangannya beserta pasukannya serta melindunginya. Untuk menangkap Untung, Kompeni mengirim pasukan ke Mataram di bawah pimpinan Kapten Tack. Pecahlah pertempuran di alun alun Kartasura antara pasukan Kompeni dan pasukan Untung. Untung membunuh Kapten Tack dengan menggunakan tombaknya. Menurut Ricklefs, peristiwa itu terjadi pada bulan Februari 1686. Tack bersama 74 orang Eropa lain terbunuh. Pasukan VOC yang lain mundur dari Kartasura. Mataram dan VOC saling curiga, keduanya ingin berperang tetapi masing masing tak ingin memulainya (2002:80).
Raja Mataram memberi gelar Pangeran Arya Wiranegara. Selanjutnya Untung Surapati memimpin pasukannya bergerak ke Jawa Timur. Untung menyerang Pasuruan, mengusir Kompeni dan menetap di kota itu. Dari sana ia meluaskan daerah kekuasaannya ke Malang, Kediri, Jember dan Blambangan. Di Jawa Timur ia bertindak sebagai raja kecil. Sunan Mas atau Amangkurat III yang terusir dari Mataram menggabungkan diri dengan Surapati.
Pada tahun 1706 Belanda mengirimkan tentara ekspedisi yang kuat ke Jawa Timur dan berhasil mematahkan kekuatan Surapati. Ia gugur tertembak di Benteng Bangil. Tahun berikutnya Sunan Mas dikalahkan Belanda dan ditawan kemudian dibuang ke Srilangka. Namun sampai tahun 1719 pengikut-pengik ut Surapati masih terus mengadakan perlawanan (Sudiyono, 2005).
Pujangga Abdul Muis menuliskan riwayat perjuangan Untung Surapati sejak kecil sampai saat ia gugur. Buku itu menjadi salah satu best seller pada tahun 1955-an.
Surapati adalah seorang budak dari Bali yang dibeli oleh seorang saudagar Belanda ketika ia berkunjung ke sana. Peruntungan saudagar tersebut membaik sejak ia memiliki budak itu sehingga budak itu diberi nama Untung. Tugas Untung di Batavia adalah menjaga anak gadis majikannya. Ketika ia dan anak gadis itu tumbuh menjadi remaja mereka saling jatuh cinta, terlibat asmara dan gadis Belanda itupun hamil. Majikannya tentu saja marah besar lalu mengusir Untung dan memulangkan anak gadisnya ke Belanda.
Untung melamar menjadi serdadu Kompeni dan naik pangkat dengan cepat hingga Letnan karena kecerdasan dan ketrampilannya (Harsrinuksmo, 2005:431).
Pada waktu melakukan operasi terhadap Banten pasukannya berhasil menawan seorang pangeran dan Untung mengembalikan kerisnya. Hal itu ditentang oleh wakilnya, seorang letnan Belanda. Karena perselisihan yang memuncak karena kepribumiannya dihina, Untung membunuh wakilnya itu. Karena itu ia diadili di pengadilan militer dan dijatuhi hukuman. Merasa dihukum tidak adil Untung mengajak nara pidana lainnya melarikan diri dari penjara.
Selama masa pelariannya anggota kelompoknya bertambah karena serdadu Kompeni bekas anak buahnya ikut membelot dan mengikutinya. Dari Batavia Untung bergerak ke Bogor lalu ke arah timur. Di suatu tempat dekat Sungai Citarum pasukannya bertemu dengan pasukan Pangeran Kornel, Bupati Sumedang yang diminta Kompeni untuk menangkap Untung. Setelah Pangeran Kornel mengetahui alasan Untung melakukan pemberontakan, alih alih menangkapnya ia berbalik melindunginya. Ia bahkan memberi tambahan nama Surapati di belakang nama Untung serta menghadiahkan sebilah keris kepadanya. Sejak itu ia dikenal dengan nama Untung Surapati.
Untung Surapati melanjutkan perjalanannya ke Cirebon. Ketika Kompeni mengirim pasukan ekspedisi untuk menangkapnya ia menghindar ke Kartasura. Sunan Amangkurat II menerima kedatangannya beserta pasukannya serta melindunginya. Untuk menangkap Untung, Kompeni mengirim pasukan ke Mataram di bawah pimpinan Kapten Tack. Pecahlah pertempuran di alun alun Kartasura antara pasukan Kompeni dan pasukan Untung. Untung membunuh Kapten Tack dengan menggunakan tombaknya. Menurut Ricklefs, peristiwa itu terjadi pada bulan Februari 1686. Tack bersama 74 orang Eropa lain terbunuh. Pasukan VOC yang lain mundur dari Kartasura. Mataram dan VOC saling curiga, keduanya ingin berperang tetapi masing masing tak ingin memulainya (2002:80).
Raja Mataram memberi gelar Pangeran Arya Wiranegara. Selanjutnya Untung Surapati memimpin pasukannya bergerak ke Jawa Timur. Untung menyerang Pasuruan, mengusir Kompeni dan menetap di kota itu. Dari sana ia meluaskan daerah kekuasaannya ke Malang, Kediri, Jember dan Blambangan. Di Jawa Timur ia bertindak sebagai raja kecil. Sunan Mas atau Amangkurat III yang terusir dari Mataram menggabungkan diri dengan Surapati.
Pada tahun 1706 Belanda mengirimkan tentara ekspedisi yang kuat ke Jawa Timur dan berhasil mematahkan kekuatan Surapati. Ia gugur tertembak di Benteng Bangil. Tahun berikutnya Sunan Mas dikalahkan Belanda dan ditawan kemudian dibuang ke Srilangka. Namun sampai tahun 1719 pengikut-pengik
Pujangga Abdul Muis menuliskan riwayat perjuangan Untung Surapati sejak kecil sampai saat ia gugur. Buku itu menjadi salah satu best seller pada tahun 1955-an.
Sunan Mas menambah jumlah banyaknya orang Jawa di Srilanka. Bangsa Melayu di Srilanka selain yang datang dari semenanjung Malaka, mayoritas dari mereka adalah yang berasal dari Indonesia khususnya orang Jawa. Dikenal dengan sebutan setempat Ja-minissu (orang Jawa) mereka datang ke Srilanka secara bertahap dan bergelombang. Orang-orang Jawa gelombang pertama adalah ketika raja Jawa yaitu raja Chandrabanu menduduki Srilanka sekitar abad ke 13 dengan membawa pasukan. Banyak dari pengikutnya kemudian menikah dengan penduduk setempat dan tinggal menetap di negara ini.
Bukti sejarah kekuasaan Jawa dapat dilihat dari nama-nama daerah yang menunjukkan peninggalannya seperti Java Patnam (Jaffna) semenanjung yang menghubungkan dengan Nusantara, Java Kachcheri (Chavakachari) artinya pemukiman Jawa, Ja-ella dan Hambantota (pulau hamba). Ada pula Chavahakottai sebagai bekas kekuasaan Chandrabhanu yang sempat berkuasa di Srilangka utara dalam waktu singkat.
Dalam bahasa Tamil kata Javar yang berarti Jawa digunakan untuk semua wilayah Nusantara atau apa yang sekarang kita kenal sebagai Asia Tenggara atau ASEAN (Codrington, Short History of Sri Lanka : Dambadeniya and Gampola Kings (1215-1411).
Caedes dalam The Indianized states of Southeast Asia (1968) mengatakan bahwa Chandrabhanu adalah raja Tambralinga di Semenanjung Malaya yang kini masuk wilayah Thailand. Chandrabhanu adalah salah satu raja bawahan Sriwijaya yang memberontak saat Sriwijaya mengalami pasang surut di abad 13. Pada abad 14 Tambralinga menyerah pada Kerajaan Melayu Sumatra yang didukung Majapahit. Baru pada tahun 1365 kekuasaan Nakorn Sri Dharmaraja atau Dharmanagari diakui Majapahit sebagaimana tertulis pada Negarakretagma dan kemudian Tambralingga masuk ke dalam wilayah Kerajaan Siam.
Bukti sejarah kekuasaan Jawa dapat dilihat dari nama-nama daerah yang menunjukkan peninggalannya seperti Java Patnam (Jaffna) semenanjung yang menghubungkan dengan Nusantara, Java Kachcheri (Chavakachari) artinya pemukiman Jawa, Ja-ella dan Hambantota (pulau hamba). Ada pula Chavahakottai sebagai bekas kekuasaan Chandrabhanu yang sempat berkuasa di Srilangka utara dalam waktu singkat.
Dalam bahasa Tamil kata Javar yang berarti Jawa digunakan untuk semua wilayah Nusantara atau apa yang sekarang kita kenal sebagai Asia Tenggara atau ASEAN (Codrington, Short History of Sri Lanka : Dambadeniya and Gampola Kings (1215-1411).
Caedes dalam The Indianized states of Southeast Asia (1968) mengatakan bahwa Chandrabhanu adalah raja Tambralinga di Semenanjung Malaya yang kini masuk wilayah Thailand. Chandrabhanu adalah salah satu raja bawahan Sriwijaya yang memberontak saat Sriwijaya mengalami pasang surut di abad 13. Pada abad 14 Tambralinga menyerah pada Kerajaan Melayu Sumatra yang didukung Majapahit. Baru pada tahun 1365 kekuasaan Nakorn Sri Dharmaraja atau Dharmanagari diakui Majapahit sebagaimana tertulis pada Negarakretagma dan kemudian Tambralingga masuk ke dalam wilayah Kerajaan Siam.
Komentar
Posting Komentar