Santo Franciskus Xavier
Meskipun Portugis bersifat militan terhadap Islam tapi upaya penyebaran Kristen di Indonesia sangat kecil. Keharusan Kristen hanya mereka paksakan bila menikah dengan perempuan setempat dan kepada anak anak mereka. Penyebaran agama Katolik yang dilakukan agak sungguh-sungguh
St. Franciskus Xavier seorang pastor Basque, Spanyol, bersama Santo Ignatius de Loyola dan tiga orang lainnya merupakan pendiri Pengikut Kristus -yang lebih dikenal dengan Ordo Jesuit - tangan intelektual reformis Katolik. St. Franciskus merupakan misionaris Jesuit pertama dan paling terkenal di Asia. Melalui dia agama Kristen pertama kali diperkenalkan ke Indonesia, Jepang dan Srilanka (Reid, 2002: 43). Ricklefs menyebut St. Franciskus berada di antara para petualang Portugis dan memprakarsai suatu perubahan yang tetap di Indonesia Timur (2005:67).
Santo Franciskus tinggal beberapa bulan di Melaka. Sambil mempersiapkan diri berlayar ke Makassar, ia menerjemahkan doa-doa utama Katolik berikut Sepuluh Perintah Allah ke dalam bahasa Melayu. Itu terjadi pada tahun 1545.
Ternyata St. Francickus tidak jadi ke Makassar tapi berlayar terus ke Maluku. Berkat ketaatannya yang tinggi terhadap pekerjaannya, ia berhasil menarik beribu-ribu umat menganut Kristen di Ambon, Ternate dan Morotai. Data dari Ricklefs menyebutkan angka 60.000 orang pada tahun 1590.
St. Franciskus juga menyebarkan agama Kristen di Jepang. Ia meninggal di Cina saat menyebarkan Kristen di sana. Peti jenazahnya dibuat sedemikian indah, nampaknya dilapisi perak dan emas.
St. Franciskus terkenal dengan "mukjizat-mukji
Ada kisah lainnya. Pada tahun 1547 St. Franciskus kembali ke Malaka yang sedang diancam serangan dua kekuatan : Aceh dan Johor. St. Franciskus menyemangati tentara Portugis dan meramalkan secara benar bahwa armada Melaka yang kecil harus berlayar menuju utara bila ingin mengalahkan para penyerang.
Kisah St. Franciskus ini merupakan bagian dari pertikaian bulan sabit dan salib di dunia. Salah satu sebab Islam dan Kristen bersaing keras di Indonesia pada abad ke-16 menurut Reid karena persamaan mereka terlalu banyak. "Agama menurut ajaran kitab" menarik garis lebih jelas antara siapa yang berada di dalam dan siapa yang berada di luar suatu kepercayaan.
Komentar
Posting Komentar