Anti Amerika
Kekecewaan Rosihan Anwar
Misi pemboman Pope yang bernasib sial itu menyebabkan perasaan anti-Amerika meningkat tajam, bahkan di antara musuh-musuh komunisme yang paling kuat seperti Rosihan Anwar. Ia berkata , “Ketika kami mendengar bahwa pihak Amerika mendukung pemberontakan PRRI/Permesta, kami merasa ini sangat berbeda dari apa yang orang-orang Amerika lakukan dulu. Saya mendapati bahwa orang-orang Amerika sangat baik ketika saya mengunjungi Amerika Serikat dan tidak mendamaikan kesan itu dengan dukungan mereka bagi PRRI/Permesta . Ini politik kekuasaan yang telanjang. Mereka mau membalkanisasi Indonesia.”
Ungkapan Kemarahan Bung Karno
Peringatan awal rebolusi Indonesia pada tanggal 20 Mei 1958 memberikan pemimpin-pemimpin Indonesia suatu kesempatan untuk mengungkapkan kemarahan mereka di depan rapat-rapat raksasa. Bung Karno berkata bahwa Indonesia dihadapkan pada agresi dari luar yang bertujuan menggagalkan cita-cita kemerdekaan Indonesia dan berseru agar bangsa Indonesia tidak bimbang dalam menghadapi pemberontakan para petualang dan agresor asing.
Jenderal Nasution memperlihatkan sikap yang lebih moderat dengan menyatakan bahwa itu merupakan intervensi tidak resmi, meskipun pada kenyataannya intervensi terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia telah mempergunakan beberapa pemimpin militer dan politik yang telah bertindak sebagai penghianat.
Pembicara-pembicara yang lain berbicara langsung dan mengutuk intervensi AS.
Respon AS
Tepat pada hari ketika Bung Karno dan Nasution menyampaikan pidato-pidato mereka, Dulles berbicara kepada pers bahwa situasi di Indonesia dapat dan harus diperlakukan sebagai persoalan Indonesia oleh orang-orang Indonesia tanpa campur tangan dari luar. AS berharap perdamaian dan stabilitas dapat segera dipulihkan di Republik Indonesia.
Dua hari kemudian Dulles bicara kepada Duta Besar Australia, “Kami telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menarik kembali dukungan kepada kelompok di Celebes... kaum pemberontak telah gagal dan keberatan terhadap diambilnya aksi terbuka begitu besar hingga aku tidak mau melanjutkan lebih jauh dengan jalan seperti itu.”
Kunjungan Jones
Jones, Duta Besar AS untuk Indonesia, mengadakan kunjungan kepada Presiden Sukarno pada tanggal 22 Juli guna mendesak diambilnya langkah-langkah untuk mencegah kemajuan PKI. Bung Karno tidak dalam keadaan untuk menerima gagasan itu. Dia berkata bahwa Indonesia tidak akan mengikuti jejak Cekoslovakia menuju komunisme.
Front Pancasila
Kepada Jones, Bung Karno menggambarkan suatu penyelesaian konflik yang terdiri dari suatu Front Pancasila yang dipimpin PNI namun memasukkan juga unsur PKI, seraya mengatakan bahwa PKI lebih efektif dari PNI dalam perjuangan menenangkan massa.
Presiden Sukarno juga mengatakan bahwa pihak militer tidak dapat diandalkan untuk menjaga pihak PKI tetap mengikuti jalurnya. Presiden berkata, “Di atas segalanya, saya harap AS ... tidak melakukan hal-hal dan mengambil posisi-posisi yang menguntungkan PKI dan memperkuat pengaruh mereka atas rakyat.”
Dukungan Jones kepada Angkatan Darat
Jones berusaha menimba hikmah dari percakapan dengan Bung Karno. Jones menganggap penting isyarat Presiden bahwa Angkatan Darat adalah alat utama untuk mengekang PKI. Selain itu ada jaminan dari Nasution bahwa ia telah menyusun suatu rencana untuk mengendalikan komunisme atas instruksi Djuanda.
Jones meyakini sudah waktunya AS mendukung Angkatan Darat. Ia memberi rekomendasi agar pihak militer menerima sekurang-kurangnya suatu pengiriman senjata sebagai tanda dukungan segera mungkin (Supeni, 2001: 329-331).
Belakangan Jones menjadi sahabat dekat Bung Karno dan sering berdiskusi disertai canda. Barangkali pembaca ada yang tahu ?
Komentar
Posting Komentar