Politik Luar Negeri Ali Sastroamidjojo
507) Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Kabinet Ali Sastroamijojo
Pada bulan Agustus 1953 tebentuklah kabinet baru di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo. Tapi ada yang mengatakan bulan Juli. Kabinetnya disebut sebagai Kabinet Ali-Wongsonegoro atau Kabinet Ali Sastroamijoyo I.
Kabinet Ali melakukan Indonesianisasi perekonomian dan memberikan dorongan pada pengusaha pribumi. Akan tetapi kenyataannya banyak perusahaan-perusahaan baru hanya merupakan kedok palsu bagi persetujuan pemerintah dan orang-orang Cina sehingga disebut sebagai perusahaan-perusahaan Ali-Baba, di mana seorang Indonesia (Ali) mewakili seorang pengusaha Cina (Baba) yang sebetulnya merupakan pemilik perusahaan tersebut (Riklefs, 2005 : 489).
Kebijakan Luar Negeri
Kabinet Ali ingin menempuh suatu kebijakan luar negeri di mana Indonesia bermaksud memainkan peran lebih aktif dalam masalah-masalah internasional , terutama di antara negara-negara yang baru merdeka di Asia dan Afrika. Kepada negara-negara itu Indonesia mengajak mengambil posisi netral atas kedua blok dalam perseteruan Perang Dingin. Tindakan Indonesia itu seakan membenarkan sebuah laporan yang diserahkan ke Departemen Luar Negeri AS, yang menyatakan bahwa Indonesia sedang mencoba memimpin Asia untuk bersikap netral .
Sejak awal kemerdekaan, Indonesia ingin memegang prinsip bebas aktif dalam politik luar negerinya. Di bawah kabinet Ali, Indonesia ingin mempertegas prinsip itu dengan menunjukkan bahwa Indonesia tidak ingin memihak ke salah satu kubu Perang Dingin. Pada saat yang sama, Kabinet Ali ingin menjalankan peran yang lebih aktif dalam berbagai permasalahan dunia.
Reaksi AS
Gagasan politik luar negeri yang netral dan bebas aktif ini membuat gelisah banyak pejabat dalam pemerintahan AS di bawah presiden Eisenhower.
Menteri Luar Negeri AS, Dulles, memandang politik luar negeri Indonesia yang tidak berpihak atau netral sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima. Menurutnya Indonesia harus memilih menjadi sekutu AS atau sekutu US (Uni Sovyet). Dulles melihat politik luar negeri Indonesia yang tidak memihak itu dengan kekhawatiran dan kecurigaan. Dulles khawatir sikap Indonesia itu hanya akan menguntungkan kubu komunis.
Kekhawatiran AS membuat pandangan pemerintahan Eisenhower terhadap Indonesia berubah dari sikap netral atau non-intervensi menjadi politik penuh intervensi. Sembari meneruskan kebijakan pendahulunya dalam mencegah jatuhnya Indonesia ke tangan komunis, pemerintah Eisenhower juga meneruskan gagasan untuk membendung penyebaran komunisme di Indonesia (Wardaya, 2008 : 105).
Hubungan Diplomatik Dengan Cina
Republik Rakyat Cina melupakan permusuhannya dengan negara-negara Asia yang nonkomunis dan netral. Indonesia mengirim duta besarnya yang pertama pada bulan Mei 1953. Pada bulan Desember , pemerintah Ali Sastroamidjojo menandatangani persetujuan dagang dengan Cina-Indonesia yang pertama (Ricklefs, 2005 : 491).
Komentar
Posting Komentar