Pram Berkunjung ke Cina

Pramoedya Ananta Toer Berkunjung ke Cina

Pada bulan Oktober 1956, Pramoedya Ananta Toer sangat terkesan dengan kunjungannya ke Beijing, sehingga dia mempropagandakan tujuan PKI di kalangan para cendekiawan. Kekagumannya padera Cina diperkuat oleh kunjungannya yang kedua pada tahun 1958-1959, pada saat dimulainya “Lompatan Maju Besar” Mao. Pramoedya menjadi tokoh terkemuka di dalam organisasi para seniman dan pengarang PKI, Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat, didirikan tahun 1950). Anggota-anggota PKI juga menjadi berpengaruh di dalam sistem sekolah Taman Siswa, di mana mereka di dukung oleh persamaan-persamaan yang dekat antara ideologi Taman Siswa dan ideologi demokrasi terpimpin. 

Pada bulan Juli 1959, pemerintah mengumumkan bahwa pemerintah memenjarakan sejumlah besar narapidana kategori B di Pulau Buru di Maluku Selatan. 

Pada Desember 1965 sekitar 10.000 aktivis dan pemimpin PKI telah diculik di Jakarta dan Jawa Barat, salah di antaranya adalah Pramoedya. 

Di seluruh Indonesia, penjara-penjara penuh sesak dengan orang yang ditahan tanpa pemeriksaan pengadilan sejak tahun 1965. Jumlah narapidana itu tidak diketahui dengan pasti. 

Pada tahun 1977, terdapat sekitar 14.000 narapidana di Pulau Buru, salah satunya adalah Pramoedya Ananta Toer yang menulis tetralogi novel sejarahnya selama di penjara : Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca, yang membuatnya mendapatkan pengakuan internasional lagi pada tahun 1980-an. 

Pada November 1976, Jimmy Carter naik menjadi Presiden AS dengan  kampanye mengusung isu hak asasi manusia. Hal itu mempengaruhi politik dalam negeri Indonesia yang masih tergantung pada bantuan AS. Pada Desember 1977, pemerintah Indonesia memutuskan untuk membebaskan para tahanan yang tidak bisa diajukan ke pengadilan. Pada tahun 1980, semua tahanan kategori B dan C dibebaskan termasuk Pramoedya Ananta Toer. Meskipun begitu, Pram dan teman-teman setahanan politiknya mengalami pembatasan dalam pekerjaan. Mereka tidak bisa memegang peranan dalam kehidupan politik publik, dan kerap menghadapi kesulitan kesulitan untuk kembali kepada keluarga dan komunitas mereka (Ricklefs, 2005 : 512, 565, 583, 597).

Biografi

Pram yang lahir di Blora, Jawa Tengah, merupakan sastrawan yang produktif. Karyanya meliputi Perburuan (novel, 1950), Keluarga Gerilya (novel, 1950), Subuh (kumpulan cerpen, 1950), Tjerita dari Blora (kumpulan cerpen, 1952), Bukan Pasar Malam (novel, 1951), Midah si Manis Bergigi Emas (novel, 1952), Tjerita dari Djakarta (kumpulan cerpen, 1957), dan Suatu Peristiwa di Banten Selatan (novel, 1958). Ia juga menulis karya nonfiksi, Hoakiau di Indonesia (1960).

Selain itu ia menerjemahkan sejumlah karya sastrawan asing, antara lain Kembali kepada Cinta Kasihmu (novel Leo Tolstoy, 1950), Perjalanan Ziarah yang Aneh (novel Tolstoy, 1954), Kisah Seorang Prajurit Soviet (novel Mikahil Sholokov, 1956), Ibu (novel Maxim Gorki, 1956), Tikus dan Manusia (novel John Steinback, 1950), Asmara dari Rusia (novel Alexander Kuprin, 1959), dan Manusia Sejati (novel Boris Polewoi, 1959).

Karena keanggotaannya dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang berada di bawah naungan PKI, ia ditahan di Pulau Buru (1965-1979). Roman-romannya yang ditulis selama di Pulau Buru (tetralogi Pulau Buru), dinyatakan terlarang oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia karena dinilai berisi gagasan bercorak komunisme. 

Beberapa karyanya diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris, dengan judul The Fugitive (terjemahan Perburuan, 1976) dan A Heap of Ashes (terjemahan lima buah cerpen, 1975). Selain itu, cerpen-cerpennya juga diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan dibukukan dalam Bericht uit Kebayoran (lima cerpen, Den Haag, 1978) dan Verloren (tujuh cerpen, 1979) (Widiatmoko, 2004: 374).

Tak lama setelah dibebaskan dari Pulau Buru, Pramoedya dan kawan-kawannya mendirikan Hasta Mitra yang menjadi penerbit utama Tetralogi Pulau Buru dan karya lain Pramoedya. Tetralogi kemudian dilarang Orde Baru tapi diterjemahkan Max Lane ke bahasa Inggris (Kurniawan, tempo.co, 16 Februari 2025).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato Muhammad Yamin

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang