Kedekatan Bung Karno dengan Uni Soviet
Bung Karno memuji-muji sistem satu partai Uni Soviet dan menyukai struktur seperti itu (Ricklefs, 2005 : 513).
Tentang kedekatan Bung Karno dengan Uni Soviet, Allison, yang ketika itu menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Indonesia mengatakan bahwa ia mendapat instruksi untuk bersikap waspada. “Jangan biarkan Sukarno terlalu dekat dengan kelompok Komunis... Jangan biarkan ekstrimisme berkembang... Yang terpenting, sebisamu untuk memastikan bahwa Sumatra tidak jatuh ke tangan Komunis.”
Setelah beberapa bulan bertugas di Indonesia, Allison berpandangan bahwa Indonesia belum tepat untuk memaksakan demokrasi gaya Amerika. Dia menentang pandangan Washington yang simplisistik atas situasi Indonesia yang menurutnya adalah kompleks. Allison bersimpati pada Indonesia dalam masalah Irian Barat dan berpandangan bahwa Bung Karno adalah orang Asia yang paling mengesankan yang pernah ditemuinya sampai saat itu.
Terkait sikap Indonesia terhadap Uni Soviet dan Amerika Serikat, Allison mendesak Robertson (Asisten Menlu AS untuk Urusan Timur Jauh)untuk memahami akar historisnya mengapa kelompok Komunis dan Rusia mendapat simpati masyarakat Indonesia. Mestinya Robertson melihat catatan-catatan milik PBB yang merekam bagaimana dulu Uni Soviet membela perjuangan kemerdekaan Indonesia, sementara AS lebih suka mendukung Belanda. Rakyat Indonesia sangat kecewa dengan minimnya dukungan AS setelah Perang Dunia Kedua. Mereka juga tidak lupa bahwa bahwa tank-tank dan senjata AS lah yang digunakan Belanda dalam upaya merebut kembali kemerdekaan mereka. Penghentian dan pengurangan bantuan Amerika kepada Indonesia hanya akan mempercepat kejatuhan negara Indonesia ke Blok Komunis.
Sayang para pejabat di Washington tidak bersedia mendengarkan Allison. Mereka justru mengandalkan laporan-laporan CIA yang menekankan bahwa “sesuatu harus dilakukan segera atau seluruh Indonesia akan jatuh ke tangan Komunis (Wardaya, 2008 : 165).
Situasi Politik di Indonesia
Faktanya situasi politik di Indonesia pada minggu-minggu terakhir tahun 1957 ditandai oleh berbagai kerusuhan sosial.
Ada semakin banyak gerakan massa di Jakarta yang diwarnai oleh semangat nasionalisme radikal dan anti intervensi asing, yang dicurigai Washington sebagai didalangi oleh PKI.
Pada tanggal 18 November 1957, suatu rapat umum besar-besaran diadakan di Jakarta untuk menuntut pembebasan Irian Barat dari Belanda. Rapat umum itu diikuti oleh penolakan terhadap bertahannya kepentingan ekonomi Belanda di Indonesia.
Sementara demonstrasi anti Belanda masih mewarnai kehidupan politik di Jakarta, pada tanggal 30 November 1957 terjadi upaya pembunuhan terhadap Presiden Sukarno (2008 : 167)
Komentar
Posting Komentar