Badan Kerjasama Sipil Militer
Pada bulan April 1957 Sukarno mengumumkan pembentukan Kabinet Karya di bawah seorang politisi nonpartai, Djuanda Kartawidjaja (1911-1963), sebagai Perdana Menteri. Meskipun secara teoretis bersifat nonpartai, namun pada hakikatnya kabinet ini merupaikan suatu koalisi PNI dan NU. Pembentukan Kabinet Karya disusul dengan dibentuknya Dewan Nasional pada bulan Mei. Dengan terbentuknya sistem pemerintahan baru tersebut, PKI dan TNI mengambil langkah-langkah untuk memperkuat posisi mereka (Ricklefs, 2008 : 511-512).
Kalangan militer berusaha memastikan bahwa cara baru yang bersandar pada golongan-golongan karya akan meningkatkan peranan tentara. Banyak golongan karya berafiliasi pada partai. Pada bulan Juni 1957 Nasution mulai membentuk badan-badan kerjasama tentara-sipil guna memisahkan golongan-golongan tersebut dari partai.
Selama dua tahun berikutnya, badan-badan seperti itu menjalin hubungan dengan sayap pemuda NU (GP Anshar), Pemuda Rakyat dari PKI, kelompok-kelompok pemuda dari PNI dan Masyumi dan lain lain. Akan tetapi, kebanyakan partai dapat menahan gerakan-gerakan itu.
Nasution berhasil mempersatukan semua organisasi para veteran ke dalam suatu liga veteran di bawah kekuasaan pihak tentara pada bulan Agustus 1959. PKI yang telah mendapatkan banyak keberhasilan di kalangan kaum veteran, sangat terpukul oleh langkah Nasution sehingga partai tersebut kehilangan satu-satunya badan pendukungnya yang terorganisasi yang mempunyai nilai militer yang potensial.
Sukarno juga mencari cara baru bagi pembentukan organisasi massa. Pada bulan Agustus 1957 dia menyerukan pembentukan Gerakan Hidup Baru yang diharapkan bisa menghidupkan lagi bangsa Indonesia (2008 : 513).
Tentang Gerakan Hidup Baru sudah kami sampaikan pada tulisan terdahulu. Adapun mengenai liga veteran akan kami sampaikan pada tulisan mendatang
Komentar
Posting Komentar