Uni Soviet Meluncurkan Sputnik


Selain mencetak tokoh tokoh PKI seperti Tan Malaka dan Muso, Uni Soviet mampu mencetak sejarah dalam dunia dirgantara. Soviet meluncurkan Sputnik  pada 1 Oktober 1957. Dengan demikian Soviet merupakan negara pertama di dunia yang mengirim satelit ke luar angkasa. Soviet memang sangat memperhatikan industri kedirgantaraan yang membuat negara ini mendapat nama harum. Tidak mau ketinggalan, AS kemudian meluncurkan Expolorer ke luar angkasa pada tahun 1958. Langkah AS ini didahului oleh adanya revolusi di bidang pendidikan.

Soviet juga merupakan negara pertama yang mengirim satelit berawak yang mengitari orbit bumi tahun 1960, diawaki oleh kosmonot Yuri  Gagarin. Setelah tonggak sejarah itu Soviet berhasil menempatkan ratusan satelit mata-mata dan satelit pembunuh di orbit geostasioner (Kleden, 2004 :67; Buchory). 

Peluncuran Sputnik pada tahun 1957 meningkatkan rasa khawatir pemerintahan Eisenhower atas keunggulan militer Soviet dan kemampuan Blok Komunis untuk menyebarkan pengaruhnya lebih jauh lagi, khususnya di negara-negara Non-Blok. Pelajaran dari Cina tetap menjadi motivasi pemerintahan Eisenhower untuk mengimplementasikan kebijakan anti-komunis di wilayah Asia-Pasifik termasuk di Asia Tenggara. Selama masa pemerintahan Eisenhower yang kedua, kebutuhan akan hal ini mendorong para pejabat AS untuk menjalankan berbagai kebijakan dan operasi rahasia di negara-negara Asia Tenggara. Dalam kasus Indonesia , bermacam bentuk campur tangan yang sifatnya militeristik dan berjangkauan luas tetapi terselubung justru lebih diutamakan daripada kebijakan-kebijakan yang sifatnya resmi.

Duta Besar AS untuk Indonesia, Allison berpendapat bahwa pandangan Kemenlu AS yang menyatakan adanya bahaya  bahwa Indonesia akan jatuh ke tangan komunis, tidak realistik. Namun Direktur CIA, Allan Dulles memandang Indonesia dari perspektif Perang Dingin yang hitam putih. Dulles merasa bahwa Indonesia akan dikuasasi oleh kelompok komunis kecuali jika ada langkah-langkah tertentu yang diambil. Pandangan Allan Dulles tentang Indonesia ini berlaku dan digunakan sebagai landasan perumusan kebijakan AS terhadap Indonesia. CIA mulai turut ambil bagian dalam perumusan dan implementasi kebijakan –kebijakan Perang Dingin AS. Dalam kasus kebijakan pemerintahan Eisenhower terhadap Indonesia, CIA menjadi lebih berpengaruh daripada misi diplomatik AS di Indonesia (Wardaja, 2008 : 154-156).

Peluncuran Satelit Sputnik dalam Arsip Departemen Luar Negeri AS yang Dirilis 20 Januari 2001 sampai 20 Januari 2009 :

Peluncuran Sputnik, 1957

“Pada tanggal 4 Oktober 1957, Uni Soviet meluncurkan satelit buatan pertama di Bumi, Sputnik I. Peluncuran yang sukses ini mengejutkan para ahli dan warga Amerika Serikat, yang berharap bahwa Amerika Serikat akan menjadi yang pertama mencapai kemajuan ilmiah ini. Fakta bahwa Soviet berhasil memicu kekhawatiran bahwa militer AS secara umum tertinggal dalam mengembangkan teknologi baru. Akibatnya, peluncuran Sputnik justru mengintensifkan perlombaan senjata dan meningkatkan ketegangan Perang Dingin.

Selama tahun 1950-an, baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet berupaya mengembangkan teknologi baru. Nazi Jerman hampir berhasil mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) pertama di dunia menjelang akhir Perang Dunia Kedua, dan ilmuwan Jerman membantu penelitian di kedua negara tersebut setelah konflik tersebut. Kedua negara juga terlibat dalam pengembangan satelit sebagai bagian dari tujuan yang ditetapkan oleh Dewan Internasional Persatuan Ilmiah, yang menyerukan peluncuran teknologi satelit pada akhir tahun 1957 atau 1958. Selama dekade tersebut, Amerika Serikat menguji beberapa jenis roket dan rudal, tetapi semua pengujian ini berakhir dengan kegagalan.

Peluncuran satelit Sputnik pertama oleh Soviet merupakan salah satu pencapaian dalam serangkaian keberhasilan teknologi. Hanya sedikit orang di Amerika Serikat yang mengantisipasinya, dan bahkan mereka yang mengantisipasinya pun tidak menyadari betapa mengesankannya peluncuran itu. Dengan berat 184 pon, satelit Rusia itu jauh lebih berat daripada apa pun yang dikembangkan Amerika Serikat saat itu, dan peluncurannya yang sukses segera diikuti oleh peluncuran dua satelit tambahan, termasuk satu yang membawa seekor anjing ke luar angkasa. Bersama-sama, kedua satelit ini mengorbit bumi setiap 90 menit dan menimbulkan kekhawatiran bahwa Amerika Serikat tertinggal jauh dalam kemampuan teknologi. Kekhawatiran ini bertambah ketika Amerika Serikat mengetahui bahwa Uni Soviet juga menguji rudal balistik antarbenua pertama tahun itu.

Meskipun Presiden Dwight Eisenhower telah mencoba untuk mengecilkan pentingnya peluncuran Sputnik bagi rakyat Amerika, ia menggelontorkan dana dan sumber daya tambahan ke dalam program luar angkasa dalam upaya untuk mengejar ketinggalan. Pemerintah AS mengalami kemunduran yang parah pada bulan Desember 1957 ketika satelit buatan pertamanya, bernama Vanguard, meledak di landasan peluncuran, yang menjadi pengingat yang sangat jelas tentang seberapa banyak yang harus dicapai negara itu untuk dapat bersaing secara militer dengan Soviet. Akhirnya, pada tanggal 31 Januari 1958, Amerika Serikat berhasil meluncurkan satelit pertamanya, Explorer. Explorer masih lebih ringan daripada Sputnik, tetapi peluncurannya telah membawanya lebih jauh ke luar angkasa. Soviet menanggapi dengan peluncuran lainnya, dan perlombaan luar angkasa berlanjut.

Keberhasilan Sputnik berdampak besar pada Perang Dingin dan Amerika Serikat. Ketakutan bahwa mereka tertinggal membuat para pembuat kebijakan AS mempercepat program senjata dan antariksa. Pada akhir 1950-an, Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev membanggakan keunggulan teknologi Soviet dan meningkatnya persediaan ICBM, sehingga Amerika Serikat berupaya mengembangkan ICBM-nya sendiri secara bersamaan untuk melawan apa yang dianggapnya sebagai persediaan rudal Soviet yang terus bertambah yang ditujukan terhadap Amerika Serikat. Dengan kedua negara meneliti teknologi baru, pembicaraan tentang pembuatan perjanjian yang melarang pengujian nuklir memudar selama beberapa tahun. Dengan cara ini, peluncuran Sputnik memicu perlombaan antariksa dan perlombaan senjata, selain meningkatkan ketegangan Perang Dingin, karena masing-masing negara berupaya mempersiapkan metode baru untuk menyerang negara lain. Akhirnya, para pembuat undang-undang dan juru kampanye politik di Amerika Serikat berhasil mengeksploitasi ketakutan akan "kesenjangan rudal" yang berkembang antara persenjataan nuklir AS dan Soviet dalam pemilihan presiden 1960, yang membawa John F. Kennedy ke tampuk kekuasaan atas wakil presiden Eisenhower, Richard Nixon. Krisis Rudal Kuba tahun 1962 berfungsi untuk mengingatkan kedua belah pihak akan bahaya senjata yang mereka kembangkan.” (www.state.gov).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)