Dukungan AS kepada PRRI/Permesta


Tulisan mengenai dukungan terselubung AS terhadap PRRI ini banyak menggunakan data dari buku : (1) Indonesia Melawan Amerika Konflik Perang Dingin 1953-1963 tulisan Baskara T. Wardaya, SJ; (2) Napak Tilas Bapak-bapak Pejuang Menuju Indonesia Merdeka Adil dan Makmur tulisan Supeni, dan (3) Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 tulisan Ricklefs. 

Kebijakan Resmi Washington Membantu Pemberontak

Menurut Wardaya, sejak awal pemerintahan kedua Eisenhower, para pejabat AS sudah merasa khawatir dengan perkembangan politik Indonesia yang terus mengarah ke kiri. Para pejabat AS menyimpulkan bahwa bila tindakan-tindakan tertentu tidak diambil, Indonesia akan segera dikuasai kelompok komunis. Gagasan untuk mendukung kaum pemberontak muncul dari CIA. Pada tahun 1957 para pejabat CIA di Indonesia sudah merencanakan cara untuk memanipulasi gerakan tersebut. Upaya membantu para pemberontak daerah menjadi kebijakan resmi Washington terhadap Indonesia. 

Melalui DCI (Direktur CIA) Allen Dulles, informasi-informasi terkait pemberontakan di Luar Jawa sampai ke telinga para perumus kebijakan politik luar negeri AS di Washington. Saat itu Menteri Luar Negeri AS adalah John Foster Dulles, kakak DCI, Allen Dulles. Informasi lain datang dari Hugh Cumming, Ketua Gugus Tugas Ad Hoc Antar Departemen untuk Indonesia yang sebelumnya adalah Duta Besar AS untuk Indonesia. Cumming tidak menyukai gagasan Demokrasi Terpimpin dari Bung Karno yang mengemuka setelah Bung Karno kembali dari US dan RRT. 

Hasil Pemilu Daerah 1957 membuat Washington sangat gelisah, karena meningkatnya dukungan pada PKI terutama di Jawa dan Sumatra. Pejabat AS juga khawatir dengan berbagai upaya Bung Karno untuk mendapatkan bantuan militer dari negara-negara Blok Soviet.

Para Kepala Staf Gabungan AS menulis memorandum kepada Menteri Pertahanan Neil H. McElroy dan memperingatkan bahwa kalahnya pemberontak daerah hampir pasti akan membuat komunis berkuasa di Indonesia dan dampaknya akan terasa sampai ke Malaka, Laos, Kamboja dan Timur Tengah. 

Akhirnya para pejabat senior dalam pemerintahan Eisenhower berkesimpulan bahwa tiba saatnya untuk bertindak dan mereka menyambut pemberontakan terhadap pemerintah Republik Indonesia sebagai sebuah kesempatan untuk mengubah kecenderungan pro-Komunis menjadi pro-Barat. Mereka lantas menyusunn kebijakan yang diarahkan untuk menghapus PKI, memperlemah kekuatan AD di Jawa dan menelikung bahkan kalau perlu menumbangkan Bung Karno. Bahkan di bulan Desember 1957 AL AS telah siap untuk melancarkan operasi militer besar-besaran.

Tiga Cara Meraih Tujuan AS di Indonesia

Dalam pertemuan NSC (National Security Council)  tanggal 6 Februari 1958, Allen Dulles meramalkan bahwa RI dipastikan pecah, luar Jawa akan memisahkan diri dari Jawa. Tanggal 10 Februari 1958, NSC menyetujui sebuah laporan tentang Indonesia (Special Reports on Indonesia) sebagaimana disebut dalam NSC 1788, yang merekomendasikan tiga cara untuk meraih tujuan AS di Indonesia, yakni :

(1) Gunakan segala operasi rahasia yang mungkin guna menguatkan tekad, kehendak, dan kesatuan berbagai kekuatan anti-komunis di Luar Jawa, terutama di Sumatra dan Sulawesi, supaya melalui mereka situasi di Jawa menguntungkan kita dan supaya nantinya mereka itu menjadi partner kita sekiranya Jawa betul-betul diambil alih oleh Komunis;

(2) Jika keadaan di Jawa terus memburuk, gunakan cara-cara yang lebih langsung dalam mencapai tujuan yang digariskan dalam butir (1);

(3) Manfaatkan segala pengaruh yag sudah ada dan yang mungkin telah dibangun oleh kekuatan-kekuatan anti-komunis di Luar Jawa guna melanjutkan upaya kita dalam menyatukan dan mendorong berbagai unsur non-komunis dan anti-komunis di Jawa agar segera melakukan berbagai aksi, entah sendiri-sendiri atau secara serempak, untuk melawan kelompok komunis.

Operasi Terselubung

Pada pertemuan NSC tanggal 28 Februari 1958, Menlu Dulles menegaskan kembali kepada para peserta bahwa AS tidak akan membiarkan Indonesia dikuasai oleh komunis. Hal itu didukung oleh Presiden Eisenhower.

Kemudian Markas Besar CIA memerintahkan John Mason, Kepala Cabang Timur Jauh / Operasi Udara CIA untuk memasukkan kawasan Luar Jawa ke dalam wilayah pemantauannya. Dia kemudian menunjuk seorang “Kepala Operasi” untuk memimpin operasi terselubung CIA dalam urusan pemberian dukungan kepada kaum pemberontak Luar Jawa. Operasi itu dinamakan Operasi Haik (Wardaya, 2008 : 176-182).

Tentang Operasi Haik akan kami sampaikan pada tulisan berikutnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato Muhammad Yamin

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang