Gerakan Hidup Baru

 525) Gerakan Hidup Baru  

Pada bulan Agustus 1957 Bung Karno  menyerukan pembentukan Gerakan Hidup Baru.  Ini adalah gagasan yang pernah disampaikannya pada bulan Juli 1945 yakni Gerakan Rakyat Baru yang mengalami kegagalan (Ricklefs, 2005 : 513).

Revolusi Mental

Gerakan Hidup Baru membutuhkan revolusi mental . Revolusi Mental adalah tentang cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup yang lebih baik. Yang merintangi kemajuan wajib disingkirkan. Revolusi Mental harus meliputi seluruh masyarakat, namun tidak akan berlangsung tanpa organisasi, tanpa pimpinan, tanpa gerakan. Revolusi Mental memerlukan pemimpin yang harus melakukan revolusi mental untuk dirinya lebih dahulu. Revolusi Mental pemimpin haruslah menggelorakan Gerakan Hidup Baru.

Nation Building

Bung Karno berkata : “Nation Building membutuhkan bantuan Revolusi Mental ! Karena itu adakanlah Revolusi Mental ! Bangkitlah ! Ya, bangkitlah, bangkit dan geraklah ke arah pemulihan jiwa. Bangkit dan bergeraklan ke arah kesadaran cia-cita sosial. Bangkit dan geraklah menjadi manusia baru yang bekerja., berjuang, berbakti, berkorban guna membina bangsa dan masyarakat yang sesuai dengan cita-cita nasional dan sosial itu, yakni cita-cita Proklamasi. Buanglah segala kemalasan, buanglah segala ego-sentrisme, buang segala ketamakan. Jadilah manusia Indonesia , manusia pembina, manusia yang sampai ke tulang sunsumnya bersembouan satu buat semua, semua buat pelaksanaan satu cita-cita.”  (Pidato Kenegaraan Presiden Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1957 dalam Megawati, Ada Bung Karno Bersama Kita, 2019 : 9).

Gerakan Hidup Baru di Masa Pendudukan Jepang

Pada 16 Oktober 1943 ada sidang Chuoo Sangi-in (Dewan Pertimbangan Pusat) yang beranggotakan 43 orang. 

Pada sidang ketujuh Chuoo Sangi-in, Februari 1945, dibahas Gerakan Hidup Baru sebagai bagian dari propaganda Jepang. Ada 33 butir pedoman, di antaranya, memperkuat semangat perjuangan dan kebaktian, memperkuat keyakinan pasti menang dalam pertempuran apa pun, memperkuat semangat tolong-menolong, memberantas sifat mementingkan diri sendiri, meneguhkan iman dan takwa, menghormati orang tua, membiasakan bangun pagi dan segera bekerja, memuliakan kerja, ikhlas mati untuk agama, bangsa, dan Tanah Air. 

Pada Maret 1945, Rosihan Anwar sebagai wartawan mengikuti perjalanan Sukarno, Sudiro, dan H Shimizu ke Pati, Jawa Tengah. Mereka menggembleng semangat rakyat untuk menjalankan Gerakan Hidup Baru. 

Pada sidang kedelapan Chuoo Sangi-in pada Juli 1945, tema yang dibahas adalah pertanyaan Panglima Besar Tentara Dai Nippon di Jawa-Madura, berkisar tentang cara menjalankan Gerakan Hidup Baru. Terutama, cara menyempurnakan usaha persiapan kemerdekaan secepat-cepatnya. 

Ini merupakan sidang gabungan antara Chuoo Sangi-in dan Dokuritsu Junbi Choosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, BPUPKI) yang didirikan pada 29 April 1945. 

Ada yang menarik selama sidang. Di atas meja tiap anggota ada topi baja mengilap yang dicatat oleh Rosihan sebagai sidang Chuoo Sangi-in di hadapan musuh. Isi pembicaraan dicatat SK Trimurti sebagai pembicaraan yang hangat ketika membahas bentuk negara. Muncul perdebatan karena ada yang mengusulkan berbentuk kerajaan dan ada pula yang mengusulkan berbentuk republik. 

Tiba-tiba, ada orang Jepang yang mendatangi Sukarno sebagai pimpinan sidang dan membisikkan sesuatu. Sukarno kemudian menghentikan perdebatan dan mengatakan bahwa Tokyo tidak membolehkan adanya pembicaraan bentuk negara. 

Akibatnya, kalangan muda meninggalkan ruang sidang secara demonstratif. Di antara mereka ada BM Diah, Wikana, Sukarni, Chaerul Saleh, dan SK Trimurti (Priyantono Oemar, republika.id, 17 Agustus 2021).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)