Negara Tetangga Membantu Pemberontakan

Keterlibatan Singapura Malaysia Filipina Taiwan dan Korea Selatan Dalam Pemberontakan 

Selain Amerika Serikat, Australia dan Inggris, ada beberapa negara lain yang terlibat dalam pemberontakan PRRI / Permesta, yaitu Singapura Malaysia  Filipina Taiwan dan Korea Selatan.  Keterlibatan Singapura Filipina Taiwan Korea saya dapatkan dalam tulisan Wardaya dan Supeni, sedangkan keterlibatan Malaysia saya dapatkan pada tulisan Ricklefs. Baik Wardaya Supeni dan Ricklefs mendasarkan diri pada studi literatur terhadap bergagai buku, majalah, surat kabar dan laporan intelejen dari CIA, NSC, Kemenlu AS dan Kedutaan Besar AS di berbagai negara.

Filipina

Sebagai tanggapan atas pengumuman penggabungan Permesta terhadap PRRI, pasukan pemerintah melakukan pengeboman atas Manado. Pada hari yang sama Mayor Jan Maximillian Johan (Nun) Pantouw dari Permesta bertemu dengan Joe Tonio pejabat intelejen Filipina, juga dengan Cecil Cartwright dari CIA. Cecil memberinya enam pucuk senapan mesin kaliber 50 sebagai tanda bahwa dia bersedia membantu pemberontak di Sulawesi (Wardaya, 2008 : 176-188).

Taiwan

Di Taiwan personal Permesta bertemu dan berhasil mendapatkan dukungan dari para pejabat tinggi negara itu, seperti Mayor Jenderal Yeh Shiangchi, Kepala Biro Intelejen Republik China. Biro ini ditugaskan untuk menjalankan operasi rahasia Taiwan dalam mendukung para pemberontak.  Merekapun bertemu dengan Ching-Kuo, seorang anggota kabinet Taiwan terkemuka , yang juga adalah putra dari Jenderal Besar Chiang Kai-shek.  Berkat koneksi inilah para pemberontak Permesta dapat membeli amunisi dari Taiwan. 

Korea Selatan

Presiden Syngman Rhee dari Korea Selatan dan presiden Carlos Garcia dari Filipina juga memberikan dukungan serupa. Rhee takut bahwa Cina Komunis akan membentu pemerintah Indonesia, sementara Garcia khawatir bahwa bila Indonesia jatuh ke dalam komunisme, hal itu akan menjadi ancaman langsung bagi negaranya. Presiden Garcia lalu menugaskan Benigno Aquino untuk bekerja sama dengan CIA dalam rangka menyiapkan dukungan logistik bagi kaum pemberontak Permesta (Wardaya, 2008 : 176-188).

Malaysia

Malaysia yang baru saja merdeka tahun 1957, juga telah membantu kaum pemberontak dan menjadi saluran utama bagi pemasokan senjata, seperti halnya Singapura (Ricklefs, 2005 : 521).

Kawilarang Dijebak

Menurut Kahin dan Kahin, pada tanggal 6 Maret 1958, para pemimpin Permesta mengirim Pantouw ke Washington. Di sana dengan bantuan pejabat CIA, antara lain Freerick Allner, dia membujuk atase pertahanan Indonesia, Kolonel Alex Evert Kawilarang untuk membelot dan berpihak pada pemberontak. 

Kawilarang yang lahir di Jawa Barat dari orang tua bersuku Minahasa, menurut CIA dianggap sebagai seseorang yang dapat mengomandoi pasukan pemberontak melebihi siapapun.

Kawilarang ragu  untuk berpihak pada pemberontak, tapi ia menyetujui permintaan Pantouw untuk berkunjung ke Manado guna bertemu dengan para pemimpin Permesta dan mengamati situasi di sana. Tapi begitu ia tiba di Manado, kehadirannya di antara para pemberontak segera menjadi berita dan Jakarta segera diberitahu dengan berita tidak benar bahwa Kawilarang membelot dan berpihak pada saudara-saudara Minahasa yang memberontak. Dia tidak punya pilihan lain selain bergabung dengan pemberontakan tersebut ( Kahin dan Kahin, 185-189).

Keesokan harinya Menteri Luar Negeri AS, Dulles, menyatakan bahwa pembelotan Kawilarang adalah bagian dari persoalan internal Indonesia.

Pengambilalihan Perusahaan-perusahaan Cina Pro-Taiwan

Pada bulan Agustus 1958, Kuomintang dilarang di Indonesia. Tentara mengambil alih perusahaan-perusahaan Cina yang pro-Taiwan (Ricklefs, 2005 : 521).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)